Pemerintah Cina Ubah Masjid dan Larang Tulisan Arab



Dalam pandangan pemerintah Cina, penyebaran adat-istiadat Islam seperti tulisan Arab dan arsitektur masjid berbahaya, dan bisa menumbangkan konformitas sosial dan politik.

Di Ningxia, pemerintah provinsi melarang tulisan Arab di tempat umum, bahkan menghapus kata “halal” dari segel resmi yang dibagikan ke restoran yang mengikuti kebiasaan Islam untuk menyiapkan makanan.

Segel sekarang menggunakan karakter Cina. Larangan itu menyebar musim panas ini ke Beijing dan tempat lain, menurut investigasi New York Times, yang dirilis pada 23 September 2019.

Arahan, berjudul “Memperkuat dan Meningkatkan Pekerjaan Islam dalam Situasi Baru,” belum dipublikasikan.

Arahan dikeluarkan oleh Dewan Negara, kabinet Cina, pada bulan April tahun lalu dan diklasifikasikan sebagai rahasia selama 20 tahun.

Arahan tersebut memperingatkan terhadap “Arabisasi” tempat-tempat Islam, mode dan ritual di Cina, dan pengaruh Arab Saudi, sebagai alasan untuk khawatir.



Pihak berwenang di beberapa provinsi telah berhenti mendistribusikan sertifikat halal untuk produsen dan restoran makanan, susu dan gandum.

Media pemerintah Cina menggambarkan ini sebagai upaya untuk mengekang “kecenderungan pan-halal” di mana standar Islam diterapkan, dalam pandangan pemerintah, terhadap terlalu banyak jenis makanan atau restoran.

Ningxia dan Gansu juga telah melarang azan. Di sekitar masjid-masjid bersejarah di sana, waktu sholat sekarang diumumkan dengan membunyikan klakson.

Seorang imam di ibu kota Ningxia, Yinchuan, mengatakan pemerintah baru-baru ini mengunjungi dan memperingatkannya untuk tidak membuat pernyataan publik tentang masalah agama.

Pihak berwenang juga menargetkan masjid itu sendiri. Di Gansu, pekerja konstruksi di Gazhuang, sebuah desa dekat Linxia, mengubah desain masjid pada bulan April, dengan menutup kubah emasnya.

Kubah masjid itu belum dibuka kembali. Polisi berpakaian sipil mengawasi jurnalis yang masuk.

Di provinsi selatan Yunnan, di mana sudah lama ada komunitas Hui, pemerintah Desember lalu menggembok masjid di tiga desa kecil yang dijalankan tanpa izin resmi.

Ada protes dan pertengkaran singkat dengan polisi, tetapi tidak berhasil. Kabupaten Cina mengeluarkan pernyataan yang menuduh masjid mengadakan kegiatan dan kelas agama ilegal.

Statistik resmi menunjukkan bahwa sekarang ada lebih banyak masjid di Cina daripada kuil-kuil Buddha, yakni 35.000 dibandingkan dengan 33.500.

Pada tahun lalu, sejumlah masjid di Cina telah diubah, ditutup atau dihancurkan seluruhnya, banyak dari masjid-masjid ini berlokasi di Xinjiang, menurut pejabat dan laporan media.

Sumber: tempo.co

Iklan Atas Artikel

SPONSOR

Iklan Tengah Artikel 1

Sponsor

Iklan Tengah Artikel 2

SPONSOR