Apakah Indonesia sedang Alami Krisis? Ini Kata Menkeu Sri Mulyani
Wednesday, March 25, 2020
Edit
Seperti kebanyakan negara lain di dunia, situasi perekonomian Indonesia terpukul oleh pandemi virus corona atawa Covid-19.
Indeks saham anjlok ke bawah level 4.000, nilai tukar rupiah pun kian mendekati Rp 17.000 per dolar AS, dan yield Surat Utang Negara (SUN) pun cetak rekor tertinggi di 8,308%. Kondisi ini memicu kekhawatiran akan krisis ekonomi kembali terulang pada tahun ini
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan saat ini Indonesia dan dunia memang tengah menghadapi krisis. Namun, krisis itu ialah krisis di bidang kesehatan dan kemanusiaan akibat pandemi virus corona.
Namun, Sri Mulyani meyakinkan bahwa saat ini krisis keuangan dan ekonomi belum terjadi.
“Ini yang sedang diupayakan oleh seluruh negara, yaitu agar jangan sampai kondisi ini menyebabkan krisis ekonomi, sosial, dan keuangan. Kami sedang mencoba untuk menanggulangi krisis kesehatan ini agar tidak menimbulkan spill-over,” tutur Sri Mulyani, Selasa (24/3).
Ia tak memungkiri, pertumbuhan ekonomi di banyak negara akan mengalami kontraksi. Termasuk ekonomi Indonesia yang pada proyeksinya saat ini hanya akan mampu tumbuh 2,5% hingga 3% di 2020.
“Ekonomi kontraksi, tapi tidak terjadi krisis. Bukan seperti 2008-2009 di mana bank dan lembaga keuangan jatuh bangkrut,” sambungnya.
Oleh sebab itu, Sri Mulyani menuturkan, respon kebijakan negara-negara dalam menghadapi situasi krisis kesehatan ini menjadi kunci utama untuk mencegah dampak ke perekonomian tak semakin mendalam. Kelompok negara G-20 pun bahkan telah menggelar konferensi darurat melalui sambungan telepon pada Senin (23/3) malam untuk membahas koordinasi kebijakan antarnegara dan menyusun langkah bersama dalam menghadapi pandemi.
“Ini persis seperti tahun 2009 saat Presiden Bush mengundang emergency meeting di Washington. Tapi kali ini trigger-nya adalah sektor kesehatan dan keamanan masyarakat,” ujar mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.
Sri Mulyani menegaskan, fokus pemerintah Indonesia dan seluruh negara G20 kini ialah mengatasi masalah kesehatan akibat Covid-19. Jika tak cepat dan tepat, bukan tak mungkin pandemi ini menyeret Indonesia dan dunia jatuh kembali dalam jurang krisis ekonomi.
Artikel Asli
Indeks saham anjlok ke bawah level 4.000, nilai tukar rupiah pun kian mendekati Rp 17.000 per dolar AS, dan yield Surat Utang Negara (SUN) pun cetak rekor tertinggi di 8,308%. Kondisi ini memicu kekhawatiran akan krisis ekonomi kembali terulang pada tahun ini
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan saat ini Indonesia dan dunia memang tengah menghadapi krisis. Namun, krisis itu ialah krisis di bidang kesehatan dan kemanusiaan akibat pandemi virus corona.
Namun, Sri Mulyani meyakinkan bahwa saat ini krisis keuangan dan ekonomi belum terjadi.
“Ini yang sedang diupayakan oleh seluruh negara, yaitu agar jangan sampai kondisi ini menyebabkan krisis ekonomi, sosial, dan keuangan. Kami sedang mencoba untuk menanggulangi krisis kesehatan ini agar tidak menimbulkan spill-over,” tutur Sri Mulyani, Selasa (24/3).
Ia tak memungkiri, pertumbuhan ekonomi di banyak negara akan mengalami kontraksi. Termasuk ekonomi Indonesia yang pada proyeksinya saat ini hanya akan mampu tumbuh 2,5% hingga 3% di 2020.
“Ekonomi kontraksi, tapi tidak terjadi krisis. Bukan seperti 2008-2009 di mana bank dan lembaga keuangan jatuh bangkrut,” sambungnya.
Oleh sebab itu, Sri Mulyani menuturkan, respon kebijakan negara-negara dalam menghadapi situasi krisis kesehatan ini menjadi kunci utama untuk mencegah dampak ke perekonomian tak semakin mendalam. Kelompok negara G-20 pun bahkan telah menggelar konferensi darurat melalui sambungan telepon pada Senin (23/3) malam untuk membahas koordinasi kebijakan antarnegara dan menyusun langkah bersama dalam menghadapi pandemi.
“Ini persis seperti tahun 2009 saat Presiden Bush mengundang emergency meeting di Washington. Tapi kali ini trigger-nya adalah sektor kesehatan dan keamanan masyarakat,” ujar mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.
Sri Mulyani menegaskan, fokus pemerintah Indonesia dan seluruh negara G20 kini ialah mengatasi masalah kesehatan akibat Covid-19. Jika tak cepat dan tepat, bukan tak mungkin pandemi ini menyeret Indonesia dan dunia jatuh kembali dalam jurang krisis ekonomi.
Artikel Asli