Ilmuwan Perkirakan 32 Ribu Kasus Positif Corona di DKI, Ini Respons Kemenkes
Friday, April 10, 2020
Edit
Ilmuwan lintas universitas memperkirakan saat ini sudah ada 32 ribu kasus positif COVID-19 di Jakarta. Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Corona, Achmad Yurianto tidak mempersoalkan hasil tersebut.
"Kalau pemodelan metode apa pun benar, itu kan ilmu, ya nggak apa," kata Yuri saat dihubungi Jumat (10/4/2020).
Yuri mengaku tak tahu apakah data yang dirilisnya setiap hari itu mencerminkan jumlah kasus Jakarta sebenarnya atau tidak. Namun, dia menegaskan jumlah kasus yang dirilisnya adalah jumlah orang yang berada di rumah sakit dan dipastikan terkonfirmasi virus COVID-19 setelah melalui test PCR.
"Meskipun saya juga meyakini bahwa data yang saya rilis nggak menggambarkan kondisi Jakarta sebenarnya, karena yang saya laporkan itu data orang di rumah sakit. Nah kalau semua orang di rumah sakit itu adalah jumlah kasus positif sebenarnya, berarti di luar rumah sakit nggak ada orang positif, kalau nggak ada orang positif, itu berarti kan nggak ada penularan," sambungnya.
Diberitakan sebelumnya, ilmuwan lintas universitas memperkirakan sudah ada 32 ribu kasus positif COVID-19 di Jakarta. Data yang selama ini diketahui diperkirakan hanya 2,3 persen dari jumlah yang sebenarnya.
Perkiraan jumlah kasus virus Corona ini adalah bagian dari permodelan terkait wabah COVID-19 di Indonesia, dibuat oleh pakar dari berbagai universitas dan tim SimcovID. Ilmuwan yang terlibat mengerjakan penelitian ini berasal dari ITB, Unpad, UGM, Essex and Khalifa University, University of Southern Denmark, Oxford University, ITS, Universitas Brawijaya, dan Universitas Nusa Cendana.
Penelitian ini menggunakan data 31 Maret 2020. Saat itu, data pemerintah menyebut ada 747 kasus positif COVID-19 di Jakarta. Namun, menurut penelitian ini, data yang tercatat hanyalah 2,3 persen dari yang sebenarnya, yakni 32 ribu kasus positif COVID-19.
"Jakarta memiliki kepadatan kasus COVID-19 tertinggi di Indonesia, dengan 315 kasus untuk setiap 100 ribu populasi," demikian kesimpulan yang tertera dalam 'Modelling Update' SimcovID Team, draf diterima detikcom pada Kamis (9/4/2020) dari Nuning Nuraini, peneliti matematika epidemiologi ITB yang ikut serta dalam riset ini.
Artikel Asli
"Kalau pemodelan metode apa pun benar, itu kan ilmu, ya nggak apa," kata Yuri saat dihubungi Jumat (10/4/2020).
Yuri mengaku tak tahu apakah data yang dirilisnya setiap hari itu mencerminkan jumlah kasus Jakarta sebenarnya atau tidak. Namun, dia menegaskan jumlah kasus yang dirilisnya adalah jumlah orang yang berada di rumah sakit dan dipastikan terkonfirmasi virus COVID-19 setelah melalui test PCR.
"Meskipun saya juga meyakini bahwa data yang saya rilis nggak menggambarkan kondisi Jakarta sebenarnya, karena yang saya laporkan itu data orang di rumah sakit. Nah kalau semua orang di rumah sakit itu adalah jumlah kasus positif sebenarnya, berarti di luar rumah sakit nggak ada orang positif, kalau nggak ada orang positif, itu berarti kan nggak ada penularan," sambungnya.
Diberitakan sebelumnya, ilmuwan lintas universitas memperkirakan sudah ada 32 ribu kasus positif COVID-19 di Jakarta. Data yang selama ini diketahui diperkirakan hanya 2,3 persen dari jumlah yang sebenarnya.
Perkiraan jumlah kasus virus Corona ini adalah bagian dari permodelan terkait wabah COVID-19 di Indonesia, dibuat oleh pakar dari berbagai universitas dan tim SimcovID. Ilmuwan yang terlibat mengerjakan penelitian ini berasal dari ITB, Unpad, UGM, Essex and Khalifa University, University of Southern Denmark, Oxford University, ITS, Universitas Brawijaya, dan Universitas Nusa Cendana.
Penelitian ini menggunakan data 31 Maret 2020. Saat itu, data pemerintah menyebut ada 747 kasus positif COVID-19 di Jakarta. Namun, menurut penelitian ini, data yang tercatat hanyalah 2,3 persen dari yang sebenarnya, yakni 32 ribu kasus positif COVID-19.
"Jakarta memiliki kepadatan kasus COVID-19 tertinggi di Indonesia, dengan 315 kasus untuk setiap 100 ribu populasi," demikian kesimpulan yang tertera dalam 'Modelling Update' SimcovID Team, draf diterima detikcom pada Kamis (9/4/2020) dari Nuning Nuraini, peneliti matematika epidemiologi ITB yang ikut serta dalam riset ini.
Artikel Asli