Misteri Bali Jadi Pulau 'Kebal' Virus Corona Covid-19
Saturday, April 18, 2020
Edit
Sudah hampir tiga bulan Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan virus corona sebagai pandemi global. Ancaman kesehatan ini menjadi pukulan terhadap ekonomi, terutama sektor pariwisata di Bali.
Tetapi, ada yang unik dengan kasus Covid-19 di Pulau Dewata. Hingga saat ini, tercatat hanya ada 86 pasien positif Covid-19 dengan angka kematian 2 pasien.
Padahal, sejumlah studi ilmiah menyatakan Indonesia dengan wilayahnya yang luas dianggap sebagai 'bom waktu virus corona' di Asia tenggara. Salah satu alasannya, tingginya kasus positif corona yang mencapai 4.839 pada 14 April, dengan kasus terbesar di Pulau Jawa.
Fakta ini membuat heran media dan blogger-blogger asing, apalagi selama ini Bali dikenal sebagai destinasi wisata dunia. Bahkan, Bali sendiri masih membuka perbatasan internasional hingga Maret lalu ketika corona mulai merajalela.
" Saya juga merasa bingung karena itu tidak masuk akal," kata blogger yang tinggal di Ubud, Rio Helmi, dikutip dari Asia Times.
" Kami tidak memiliki data, tetapi ada tanda lonjakan kematian," lanjut dia.
Tak Ada Lonjakan Aktivitas di RS
Bukan hanya itu, di Bali nampaknya tidak ada rumah sakit yang kewalahan dalam menangani pasien Covid-19.
'Misteri' ini juga diungkapkan oleh Jack Daniels, editor harian Balidiscovery.
" Kami tidak mendengar adanya kabar kematian yang tinggi di Bali, bahkan di daerah desa masih bebas dari Corona," kata Daniels.
Dia mengatakan kasus meninggal akibat Covid-19 di Bali kebanyakan adalah warga asing. Salah satunya wanita asal Inggris yang memiliki riwayat penyakit berat.
Di Denpasar, terdapat empat fasilitas krematorium atau pembakaran jenazah. Tetapi, meski kasus Covid-19 nasional meningkat, krematorium tersebut tetap beroperasi normal tanpa ada peningkatan aktivitas.
Kasus Positif yang Sedikit
Rumah swasta di Bali saat ini telah memiliki alat tes untuk Covid-19. Tetapi, salah satu dokter dari institusi kesehatan Bali menyebutkan sejauh ini hanya ada dua hingga tiga kematian akibat Covid-19 di RS pemerintah dalam empat pekan terakhir.
Belum ada pemutakhiran data hingga saat ini. Akibatnya, muncul dugaan adanya kerahasiaan data pasien.
Bahkan, RS pemerintah di Bali enggan membuka data ke publik yang mungkin berbeda dengan angka Kemenkes. Sejauh ini, Kemenkes mencatat kasus positif Covid-19 di Bali bertahan di angka 38 dengan dua kematian.
Membingungkan
Fakta ini sungguh membingungkan, mengingat adanya peningkatan jumlah wisatawan asal China yang datang ke Bali pada Januari lalu sebanyak 3 persen. Saat itu, Kota Wuhan sedang mengalami lockdown dan China diyakini sebagai sumber persebaran virus.
Bahkan, turis dari China tetap datang ke Bali hingga 5 Februari. Bebebapa pekan setelah tanggal itu, Bali baru menutup perjalanan internasionalnya.
Meski ada kejadian 'misterius', industri pariwisata yang menjadi unggulan Pulau Dewata tetap terkena dampak dari Covid-19 ini. Pandemi ini menjadi peristiwa terburuk setelah peristiwa Bom Bali tahun 2002.
Industri pariwisata Bali belum pernah terpukul lagi sejak bom Bali 2002, yang membuat ekonomi lokal hancur selama dua tahun. Para wisatawan asing, terutama asal Australia, menjauhi Bali.
Teror bom kembali terjadi di Bali pada 2005. Peristiwa tersebut membuat perekonomian semakin sulit.
Artikel Asli
Tetapi, ada yang unik dengan kasus Covid-19 di Pulau Dewata. Hingga saat ini, tercatat hanya ada 86 pasien positif Covid-19 dengan angka kematian 2 pasien.
Padahal, sejumlah studi ilmiah menyatakan Indonesia dengan wilayahnya yang luas dianggap sebagai 'bom waktu virus corona' di Asia tenggara. Salah satu alasannya, tingginya kasus positif corona yang mencapai 4.839 pada 14 April, dengan kasus terbesar di Pulau Jawa.
Fakta ini membuat heran media dan blogger-blogger asing, apalagi selama ini Bali dikenal sebagai destinasi wisata dunia. Bahkan, Bali sendiri masih membuka perbatasan internasional hingga Maret lalu ketika corona mulai merajalela.
" Saya juga merasa bingung karena itu tidak masuk akal," kata blogger yang tinggal di Ubud, Rio Helmi, dikutip dari Asia Times.
" Kami tidak memiliki data, tetapi ada tanda lonjakan kematian," lanjut dia.
Tak Ada Lonjakan Aktivitas di RS
Bukan hanya itu, di Bali nampaknya tidak ada rumah sakit yang kewalahan dalam menangani pasien Covid-19.
'Misteri' ini juga diungkapkan oleh Jack Daniels, editor harian Balidiscovery.
" Kami tidak mendengar adanya kabar kematian yang tinggi di Bali, bahkan di daerah desa masih bebas dari Corona," kata Daniels.
Dia mengatakan kasus meninggal akibat Covid-19 di Bali kebanyakan adalah warga asing. Salah satunya wanita asal Inggris yang memiliki riwayat penyakit berat.
Di Denpasar, terdapat empat fasilitas krematorium atau pembakaran jenazah. Tetapi, meski kasus Covid-19 nasional meningkat, krematorium tersebut tetap beroperasi normal tanpa ada peningkatan aktivitas.
Kasus Positif yang Sedikit
Rumah swasta di Bali saat ini telah memiliki alat tes untuk Covid-19. Tetapi, salah satu dokter dari institusi kesehatan Bali menyebutkan sejauh ini hanya ada dua hingga tiga kematian akibat Covid-19 di RS pemerintah dalam empat pekan terakhir.
Belum ada pemutakhiran data hingga saat ini. Akibatnya, muncul dugaan adanya kerahasiaan data pasien.
Bahkan, RS pemerintah di Bali enggan membuka data ke publik yang mungkin berbeda dengan angka Kemenkes. Sejauh ini, Kemenkes mencatat kasus positif Covid-19 di Bali bertahan di angka 38 dengan dua kematian.
Membingungkan
Fakta ini sungguh membingungkan, mengingat adanya peningkatan jumlah wisatawan asal China yang datang ke Bali pada Januari lalu sebanyak 3 persen. Saat itu, Kota Wuhan sedang mengalami lockdown dan China diyakini sebagai sumber persebaran virus.
Bahkan, turis dari China tetap datang ke Bali hingga 5 Februari. Bebebapa pekan setelah tanggal itu, Bali baru menutup perjalanan internasionalnya.
Meski ada kejadian 'misterius', industri pariwisata yang menjadi unggulan Pulau Dewata tetap terkena dampak dari Covid-19 ini. Pandemi ini menjadi peristiwa terburuk setelah peristiwa Bom Bali tahun 2002.
Industri pariwisata Bali belum pernah terpukul lagi sejak bom Bali 2002, yang membuat ekonomi lokal hancur selama dua tahun. Para wisatawan asing, terutama asal Australia, menjauhi Bali.
Teror bom kembali terjadi di Bali pada 2005. Peristiwa tersebut membuat perekonomian semakin sulit.
Artikel Asli