Musibah Pasti Membawa Hikmah
Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung berbulan-bulan ini adalah ujian yang sangat berat bagi banyak orang. Bayangkan berapa banyak orang kehilangan pekerjaan atau setidaknya berkurang pendapatannya karena penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan guna menghentikan penyebaran virus, padahal sebelum terjadi pandemi pun tanda-tanda menyulitnya keadaan ekonomi sudah terlihat.
Tak pelak keadaan yang demikian berat kerap membuat frustrasi. Lantas kita semua pun berharap pandemi ini cepat-cepat berlalu agar keadaan mulai membaik lagi.
Nah, di samping itu, tentu saja usaha kita mencari hikmah tetaplah akan membawa hasil positif. Supaya pandemi yang terjadi tidak hanya membuat kita merasa terluka dan sulit, tapi juga bisa menjadi momentum mengupgrade kualitas diri. Utamanya tentang kualitas iman kita kepada Allah SWT.
Ya, mungkin dalam keadaan biasa, naik-turunnya iman tidak lagi begitu kita pedulikan, barulah ketika kesulitan datang kita merasa butuh untuk tetap dekat dengan Allah SWT. Saat kita merasa berdaya, mungkin renggang pun jarak dengan Allah tak begitu kita hiraukan, tatkala beban mulai menyesakkan pundak, barulah kita rasakan betapa butuhnya kita pada pertolongan Allah.
Itulah titik renung yang menginsafkan kita tentang perlunya bersyukur. Banyak nikmat yang telah Allah SWT berikan, tapi berapa banyak yang kita pakai untuk mengejar ridha-Nya? Padahal dengan kesyukuran itulah kita mengikat nikmat.
Jika kesyukuran tak mampu kita hadirkan, sebagai wujud cinta-Nya Allah SWT pun menggembleng kita dengan ujian kesulitan. Sebab mendekat kepada Allah lewat syukur sama baiknya dengan mendekat kepada-Nya lewat sabar. Adapun jika menurut kita diuji dengan kenikmatan lebih enak, maka upayakanlah syukur, seperti doa Abu Darda:
“Ya Allah, sungguh jika Engkau uji aku dengan nikmat sehingga aku harus bersyukur, adalah itu lebih aku sukai daripada Engkau uji aku dengan kesulitan sehingga aku harus bersabar.”
Kedekatan kita kepada Allah SWT haruslah membaik ketika menghadapi kesulitan ini. Sebab jika tidak, bisakah kita bayangkan dengan cara apa lagi Allah SWT harus menginsafkan kita? Apakah harus ada kesukaran lain yang kita tanggung?
Kedekatan kita dengan Allah SWT adalah fondasi hidup yang bermakna. Maka, setelah poin paling utama ini, barulah kita telisiki hikmah lain yang juga penting untuk memperbaiki keadaan hidup kita. Mulai dari menata kepribadian kita, menyehatkan hubungan sosial kita, dan membuka pikiran kita tentang perlunya berkontribusi positif dalam tubuh umat. Sebab jika umat telah punya pengaruh kebaikan yang mantap, orang-orang jahat tak lagi punya kuasa untuk membuat kerusakan di muka bumi.