Mari Ubah Pola Pikir Kita! Hitup Itu Bukan Kaya dan Miskin Akan Tapi Tentang Sabar dan Bersyukur

Mari Ubah Pola Pikir Kita! Hitup Itu Bukan Kaya dan Miskin Akan Tapi Tentang Sabar dan Bersyukur

Islam merupakan agama yang membuat hambanya berserah diri secara utuh kepada Yang Maha Kuasa. Sebab tidak satu alasan juga buat menawar dengan perintah ataupun laranganNya. Itu merupakan kesempurnaan suatu agama. Menerima seluruhnya. Melaksanakan penuh kerelaan.

Pasti saja kalian sempat memandang ataupun memahami orang yang terlihat memiliki segalanya. Hdup bergelimang harta, karir brilian, keluarga senang, reputasi tanpa cela, pakar ibadah, berjiwa sosial, serta senantiasa mencintai. Orang yang secara zahir membuat kita pantas iri dengannya. 

Tetapi sekali lagi, percayalah, manusia memiliki keterbatasan buat memandang. Kita cuma dapat menganalisa dari jauh. Kemudian dengan pongah mengambil kesimpulan serta memercayai apa yang mau kita percayai.

Titik terendah seseorang manusia bukan dikala dia tidak mempunyai apapun di kantongnya. Tetapi ketiadaan iman di relung hatinya.

Putus cinta, dikhianati, diabaikan, serta diperlakukan semena- mena kerapkali membuat kita jatuh. Tersungkur meratapi betapa hina serta rendahnya kita dalam hidup ini. Setelah itu diam- diam menaruh dendam, menggubah kalimat- kalimat kutukan yang kita ketahui tidak dapat mengganti apapun yang sudah, hendak, serta tengah terjadi.

Terlebih, manusia sangat membenci momen dikala dia tidak miskin secara materi. Dikala saldo rekening tidak lagi mampu menghidupi, dikala seluruh berbagai kebutuhan terasa luar biasa mahal. Dikala itu kita hendak merasa mengidap yang sesungguhnya. Wajib diakui, materi merupakan teman karib manusia.

Tetapi, di atas seluruh itu. Perasaan kekurangan serta ketidakberdayaan yang sesungguhnya bukan berasal dari ketiadaan materi. Tetapi memanglah, logikanya materi bertabiat konkrit serta gampang habis. Sedangkan itu, kepemilikan iman di hati hendak tetap kekal. Meneguhkan serta menyemangati hidup.

Dikala ini, di luar situ. Terdapat ribuan orang yang rela mati buat dapat hidup semacam kalian.

Gimana cara memunculkan perasaan bersyukur? Merupakan dengan menyudahi mengeluh. Dengan menempatkan diri secara pas. Sebab secara natural, manusia tidak hendak sempat merasa lebih baik dari sesamanya. Buat itu, dikala banyak nikmat hidup sudah dicapai. Alih- alih menyibukkan diri dengan selusin rencana individu yang duniawi. Coba sempatkan waktu buat berkata dalam hati." Terdapat berapa banyak orang yang hidupnya tidak lebih beruntung dari aku?"

Tabah itu kata watak. Bukan kata barang yanng terbatas kuantitas serta kualitasnya.

Tabah itu ada batasnya. Habis telah kesabaran aku. Kalian pikir, aku masih dapat tabah?

Aku emmang belum mengecek apa arti tabah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tetapi, bila boleh mengutarakan maknanya, buat aku, tabah merupakan kata sifat. Serta tiap kata watak itu tidak terikat dimensi. Maksudnya, tidak terdapat batas yang ajeg untk memastikan seberapa besar ataupun kecil ataupun banyak ataupun sedikit jumlah serta/ ataupun mutunya.

Kata sifat itu relatif. Memiliki parameter berbeda buat tiap orang. Kita memanglah dapat mengambil suara paling banyak ataupun kerutinan publik buat memaknai kata tabah. Tetapi senantiasa saja, tabah senantiasa terpaut dengan keadaan serta suasana. Isu yang dinaikan tidak sempat dapat digeneralisasi. Oleh karenanya, bagaikan makhluk yang tetap bergerak. Mengalami jutaan mungkin. Rasanya sangat sombong bila secara individu kita menghalangi rasa tabah buat diri sendiri. 

Iklan Atas Artikel

SPONSOR

Iklan Tengah Artikel 1

Sponsor

Iklan Tengah Artikel 2

SPONSOR