Adab Berbicara Dalam Islam
Thursday, March 28, 2019
Edit
Orang-orang zaman sekarang makin sembarangan dan serampangan dalam berbicara, karena melupakan adabnya. Ada yang berbicara kotor, makian, umpatan, dengan mudahnya, dan menjadi perkataannya sehari-hari, mereka tidak sadar dampak buruk dari perkataan tersebut.
Kita tidak bisa menafikan, ada lho orang yang bunuh diri karena kata-kata buruk dari orang lain yang terus dilontarkan kepada dirinya. Ada pula orang yang awalnya hidup susah dan melarat, lantas menjadi kaya raya karena kekuatan kata-kata positif yang terus-menerus dia dapatkan dari orang terdekatnya, “Kamu bisa… kamu hebat… kamu bisa melalui semua ini!”
Oleh sebab itulah, adab berbicara amat perlu kita perhatikan dan praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini beberapa adab dalam berbicara yang telah diatur dalam ajaran Islam:
Berbicara hanya hal yang bermanfaat
Jika tidak bermanfaat, maka tinggalkanlah. Seseorang yang berbicara hal yang tidak penting dan tidak bermakna… sesungguhnya menunjukkan kebodohan dirinya sendiri.
“Lisan orang memiliki akal timbul dari hati nuraninya. Maka saat ingin berbicara, lebih dahulu dia kembalikan kepada nuraninya. Jika ada manfaat bagi dirinya, dia berbicara dan jika berbahaya, maka dia menahan diri. Sementara itu, hati orang bodoh berada di mulutnya, dia berbicara sesuai apa saja yang dia mau.” (HR. Bukhari-Muslim)
Bagaimana jika perkataan yang kita ucapkan hanya untuk mengakrabkan diri dengan teman-teman sebaya? Maka ini menunjukkan adanya manfaat dari perkataan tersebut. Hanya saja, tetap perlu memperhatikan adab-adab lainnya dalam berbicara. Jangan sampai hanya demi pergaulan, kita melanggar aturan Islam dalam berkata-kata.
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam.” (HR. Al Bukhari)
Jangan memuji seseorang berlebihan
Menghina orang tentu tidak boleh, tapi bagaimana dengan memuji? Jika ditujukan untuk menjilat, atau menyanjung berlebihan, tentu saja tidak diperbolehkan juga. Mari kita simak haditsnya:
Dari Mujahid dari Abu Ma’mar berkata: “Berdiri seseorang memuji seorang pejabat di depan Miqdad bin Aswad dengan berlebihan, maka Miqdad mengambil pasir dan menaburkannya di wajah orang tersebut, kemudian berkata: Nabi Shalallaahu ‘alaihi wassalam memerintahkan kepada kami untuk menaburkan pasir di wajah orang yang suka memuji.” (HR. Muslim)
Membicarakan kekurangan orang lain
Jika ada teman yang cacat fisik, misalnya hidung pesek, tubuh pendek, janganlah menyebut-nyebut kekurangannya tersebut, itulah yang disebut ghibah, dan dosanya amat besar.
“Ghibah adalah kamu menceritakan saudaramu tentang sesuatu yang dibenci.” Orang itu kembali bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika sesuatu yang diceritakan tersebut memang benar ada padanya ?” Rasulullah kemudian menjawab, “Kalau memang benar, itu namanya ghibah. Bila tidak benar, maka engkau telah berbuat buhtan (mengada-ada).” (HR. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ahmad)
Berdusta
Bahkan pada anak kecil pun kita tidak boleh berbohong, inilah adab yang diajarkan Islam.
“Barang siapa yang berkata kepada anak kecil, mari kemari, saya beri ini, kemudian tidak memberi, maka itu bohong.” (HR. Ahmad)
Lagipula berdusta adalah salah satu tanda-tanda orang yang memiliki sifat munafik di hatinya, Oleh sebab itu, pembicaraan yang dusta harus dijauhi oleh siapapun yang mengaku beriman pada Allah.
“Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, jika dia bicara berdusta, jika dia berjanji mengingkari dan jika diberi amanah dia berkhianat.” (HR. Bukhari)
Berlebihan dalam bicara
Ada orang yang berbicara dibuat-buat, lebay, difasih-fasihkan, dan banyak bicara dalam artian… apapun dijadikan bahan obrolan sekalipun tidak penting atau menyerepet privasi orang lain. Sesungguhnya hal seperti ini dibenci oleh Allah dan RasulNya.
“Dan sesungguhnya manusia yang paling aku benci dan paling jauh dari aku nanti di hari Kiamat adalah orang yang banyak bicara, orang pura-pura fasih dan orang yang mutafaihiqun”. Para sahabat bertanya: Wahai Rasulllah, apa itu mutafaihiqun? Nabi menjawab: “Orang-orang yang sombong”. (HR. At-Tirmidzi)
Menjauhi perdebatan
Sekalipun benar, jangan pernah menceburkan diri dalam perdebatan baik secara lisan maupun tulisan (online). Karena yang namanya berdebat, kalah jadi abu… menang jadi arang, tidaklah bermanfaat jika perdebatan itu dimaksudkan untuk berdakwah. Justru orang akan menjauh karena sifat ego kita yang tidak mau kalah.
“Aku menjamin rumah di dasar surga untuk orang yang menghindari berdebat walaupun dia benar, dan aku menjamin rumah di tengah surga untuk yang menghindari dusta sekalipun bercanda, dan aku menjamin rumah di puncak surga untuk yang akhlaknya baik.” (HR. Abu Daud)
Berkata kasar atau bohong demi memancing tertawaan orang
Satu hal lainnya yang menjadi adab dalam berbicara adalah menghindarkan ucapan kotor, kasar, dusta, demi memancing tertawaan orang lain.
“Sesungguhnya seseorang yang mengucapkan kata-kata, ia tidak mengatakan-nya kecuali hanya untuk menarik orang (kumpulan/ hadirin/ majlis) agar mereka tertawa, maka ia meluncur kepada kehinaan lebih jauh antara jarak langit dan bumi. Dan sesungguhnya lidah seseorang yang tergelincir lebih berbahaya dari tergelincirnya kaki.” (H.R. Baihaqi)
Semoga artikel singkat ini bermanfaat dan dapat dipraktikkan untuk memperbaiki lisan kita dalam berbicara. (SH)
Sumber: izi.or.id