Kisah Amar Alfikar: Perjalanan Seorang Anak Kiai yang Memutuskan Menjadi Transgender



Sebuah kisah menginspirasi muncul dari seorang anak kiai asal Kendal, Jawa Tengah, yang memutuskan untuk mengubah identitas gendernya menjadi transgender. Amar Alfikar, nama yang dipilihnya untuk menggantikan Ning Amalia, membagikan perjalanan hidupnya melalui akun Twitter-nya, yang segera menjadi perhatian banyak orang.


Amar Alfikar dilahirkan sebagai seorang anak perempuan 29 tahun yang lalu. Ia dibesarkan di lingkungan pondok pesantren di Kendal, Jawa Tengah, di mana kedua orang tuanya mengelola pondok tersebut.


Sejak masa kecil, Amar menghadapi kesulitan dalam mengidentifikasi ekspresi gendernya dan perbedaan antara identitas gender dan tanda biologisnya sebagai seorang perempuan. Ia sering mengenakan pakaian laki-laki dan bahkan tidur di kamar santri putra di pondok pesantren milik orang tuanya selama masa sekolah dasar.


Namun, seiring berjalannya waktu, Amar semakin merasa sulit untuk menentukan identitas gendernya. Lingkungannya melihatnya sebagai seorang perempuan yang semakin dewasa, sehingga ia kehilangan kebebasan untuk mengenakan pakaian sesuai dengan preferensinya. Amar mengalami tekanan mental yang cukup berat saat memasuki masa sekolah menengah pertama.


Ketidakmengertian dan perasaan tertekan membuatnya merasa stres, bahkan ia sering menyakiti diri sendiri, seperti memecahkan kaca dan melukai tangan dengan silet. Keadaan ini semakin memburuk ketika Amar mencoba untuk memahami dan mengidentifikasi identitas gendernya.


Pada tahun 2012, di tanah suci, Amar mencari petunjuk dan memanjatkan doa agar Tuhan memberikan petunjuk mengenai identitas dirinya. Setelah kembali, ia memutuskan untuk mencari bantuan dari seorang psikolog. Meskipun mencari bantuan psikolog bukanlah tugas yang mudah, Amar melakukan perjalanan ke Semarang dan Yogyakarta untuk menemukan seorang profesional yang dapat membantu menjawab pertanyaan-pertanyaannya.


Sayangnya, Amar mengalami kesulitan dalam menemukan psikolog yang dapat memberikan bimbingan yang diperlukan. Beberapa psikolog malah membuatnya semakin bingung dan bahkan bersifat diskriminatif terhadapnya. Setelah bertemu dengan beberapa psikolog yang tidak sesuai, pada tahun 2016, Amar akhirnya menemukan seorang psikolog di Yogyakarta yang bisa mengidentifikasi dan membantu mengatasi masalahnya.


Amar menjalani observasi selama enam bulan dan hasilnya adalah diagnosis kondisinya sebagai dysphoria gender, yaitu kondisi di mana identitas gender seseorang tidak sesuai dengan genitalia yang dimilikinya. Dengan diagnosis ini, Amar merasa lega karena pertanyaan-pertanyaannya selama ini mendapat jawaban.


Menghadapi kedua orang tuanya yang mengelola pondok pesantren sebagai Kiai dan Bu Nyai, Amar tidak memiliki pengalaman yang mudah. Meskipun ada perdebatan yang panjang, Amar dan orang tuanya memutuskan untuk mencapai titik tengah dalam masalah ini.


Orang tua Amar awalnya kesulitan menerima kondisi anak mereka. Ibunya sering menerima cemoohan dari orang lain tentang Amar yang sebelumnya memakai kerudung dan berubah menjadi seorang laki-laki transgender.


Namun, Amar berusaha meyakinkan dan memberikan pemahaman kepada orang tuanya bahwa apa yang dilakukannya adalah sesuatu yang diakui dan dihargai dalam Islam. Keduanya kemudian mulai menerima kondisi Amar dan mendukungnya. Amar merasa bersyukur karena orang tuanya memperlakukan Amar sebagai anak mereka dan memerhatikan hak-hak Amar.


Meskipun bukan hal yang mudah, Amar bersyukur bahwa ayah dan ibunya mendukung pilihan hidupnya. Amar juga merasa beruntung dibandingkan dengan orang lain yang mungkin tidak mendapat dukungan dari keluarganya.


Amar berharap bahwa kisah hidupnya dapat menginspirasi dan mengedukasi orang lain tentang keberagaman gender. Meskipun menghadapi komentar negatif di media sosial, Amar merasa bersyukur karena banyak juga warganet yang memberikan dukungan dan penyemangat baginya.


Melalui kisahnya, Amar berharap dapat menggerakkan empati masyarakat terhadap kelompok gender minoritas dan mengurangi ancaman serta kekerasan yang sering dialami oleh mereka.

Iklan Atas Artikel

SPONSOR

Iklan Tengah Artikel 1

Sponsor

Iklan Tengah Artikel 2

SPONSOR